JAKARTA – Mahasiswa Ilmu Komunitas – Universitas Terbuka (UT) Jakarta atas nama Imam Pesuwaryantoro menyampaikan solusi permasalahan sampah di TPST Bantar Gebang Bekasi yang sudah memasuki fase overload capacity terhadap 8.000 ton per hari volume sampah yang dibawa dari Jakarta ke Bekasi. Senin, (28/10/2024)
Tidak hanya itu, Adapun Prestasi Imam Pesuwaryantoro yaitu Beliau menciptakan Inovasi Eco-Urban Farming dari Olahan Sampah Food Waste yang bersumber dari Rumah Tangga serta Mengoptimalkan Metodologi S-ROI berbasis ESG Matriks guna mengurai permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu, Bantar Gebang. Bekasi.
Perlu diketahui, Sampah TPA Bantar Gebang Bekasi yang dihasilkan oleh warga DKI Jakarta setidaknya menghasilkan kapasitas total timbulan sampah sebesar +10.000 ton per-hari berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK RI, 30 Agustus 2024).
Tidak hanya itu, Pada kajian yang dikembangkan oleh Imam Pesuwaryantoro terkait metodologi S-ROI yang sudah berjalan menggunakan pendekatan Integrasi Optimasi Media Aggregator, Community Development dan Key Opinion Leader (KOL) Campaign.
Contoh studi kasus, misalkan entitas korporasi mengeluarkan biaya investasi program CSR senilai Rp 200.000.000 per tahun untuk pengelolaan dan recycle sampah plastik menjadi BBM dan Souvenir Merchandise Sampah Plastik, maka sebaiknya biaya investasi yang dikeluarkan harus relevan dan sejalan terhadap outcome dampak sosial yang dihasilkan meliputi aspek ekonomi, lingkungan dan sosial (ESG).
Studi kasus Integrasi Pengukuran Dampak S-ROI yang bisa diukur melalui kegiatan pengelolaan sampah plastik menjadi BBM dan Merchandise Souvenir Sampah Plastik nantinya perlu dilihat secara hulu hingga hilir dengan menggandeng offtaker/recycle partner dalam keterlibatan sebagai Community Development serta Creative Agency dalam mensosialisasikan campaign program tersebut dengan menggandeng Key Opinion Leader dan Publikasi Media Massa untuk terciptanya PR Value dan Persepsi Publik yang baik dimata masyarakat. “Sehingga diharapkan, investasi program CSR / ESG yang dikeluarkan oleh Korporasi sifatnya tidak hanya menghasilkan dampak pada skala kecil melainkan dapat discale-up secara mandiri dan tanpa bergantung secara terus-menerus disubsidi oleh perusahaan,” Ujar Imam Pesuwaryantoro selaku Mahasiswa UT Jakarta. (red)